RIBA DITENDANG KEBERKAHAN DATANG
Utang itu ibarat candu. Awalnya coba-coba, jadi ketagihan karena aksesnya dipermudah. Bahkan tak sedikit lembaga keuangan yang bantu pencairan dengan cepat. Akhirnya tak bisa mengendalikan diri, berutang tiada henti.
Mudahnya meminjam dana yang ditawarkan lembaga keuangan, seolah membantu padahal menjerumuskan. Banyak pengusaha terjerat dalam gaya hidup mewah agar terlihat seperti orang kaya. Padahal utang dimana-mana.
Awalnya ajukan peminjaman dana untuk pengembangan usaha ke bank konvensional atau bank syariah. Ternyata dipermudah cair. Bahkan dapat cashback!
Selanjutnya, untuk menunjang operasional perlu kendaraan. Ajukan kredit kendaraan bermotor ke lembaga leasing, lancar.
Kayanya gengsi kalo pengusaha rumahnya ngontrak, mulai cari-cari rumah yang bisa di KPR. Ambil yang megah, ajukan KPR ke bank ternyata cair.
Saat bisnis lagi seret, cashflow tak lancar. Tak ada dana untuk Untuk keperluan pribadi, ada tawaran pinjaman dari rentenir. Tinggal tanda tangan, cair.
Bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan keperluan keluarga, sudah siapkan beberapa Kartu Kredit dan KTA. Tinggal gesek, urusan beres.
Tanpa disadari, kita hidup dalam jeratan riba. Ketika tak sanggup bayar utang, terus kena denda baru kerasa. Ketika debt collector terus meneror baru kebingungan. Ketika aset dilelang, panik cari bantuan. Ketika kehidupan keluarga tidak harmonis, baru introspeksi. Bukankah dari awal Allah sdh mengingatkan keharaman riba dan akibatnya?
0 comments:
Post a Comment